Kutukan Pilpres, Kalau Bukan Cebong, Kampret!

Kutukan Pilpres, Kalau Bukan Cebong, Kampret!

Gerakan fitnah berjamaah terhadap penobatan dua nama tadi, seolah sudah mendapat label halal dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MUI). Sehingga peng-legitimasi-an terhadap cebong dan kampret ini wajar dan wajib diterima oleh setiap umat beragama yang diakui oleh Pasal 29 Undang-undang Dasar 1945. 
Tidak ada Cebong atau Kampret dalam foto ini | Dok. Sikonyol.com
Ku awali Wallahu’alam, Entah bagaimana ceritanya, tingkat kebingungan ku meningkat drastis bila ditanya tentang Kecebong (cebong) – Kampret yang kini lebih populer dari nama-nama ikan yang sering ditanyakan Pak Jokowi saat kunjung kerja ditengah-tengah warga. 

Hal ini menurutku jelas dan sudah terbukti, dimana kuis “Sebutkan nama-nama ikan” yang sering ditanyakan Pak Jokowi tersebut tidak akan mampu di jawab oleh warga yang kesehariannya tidak bergelut di dengan dunia per-ikan-an, mulai ikan asin, ikan kering dan bahkan ikan kaleng. Semoga semua ikan-ikan itu tidak di impor untuk pemenuhan pasokan ikan dalam negeri, ya Gaesss. 


Akan tetapi beda halnya dengan istilah Cebong dan Kampret yang mampu mengalahkan ketenaran Laudya Cynthia Bella dan bahkan jauh lebih terkenal dari club sepak bola Garuda Indonesia. Sehingga warganet dengan mudahnya mampu membedakan mana cebong dan mana kampret tanpa menunggu sampai waktu seminggu. 

Selain itu, cebong yang seharusnya berada di air dan kampret bergantungan di pepohonan, kini tak jarang berada di kolom komentar media sosial jagat maya ini. Mulai dari Facebook, Twitter, Youtube dan bahkan Google plus yang sudah Innalillah pun juga demikian. Jadi tak heran, jangan kan manusia, Google saja sudah duluan dan bahkan sangat ramah dengan kata Cebong-kampret. Keramahtamahannya itu patut diajungkan jempol sepuluh, walaupun harus pinjam jempol jari dan kaki tetangga sebelah. Kalo dijinin ya? 

Sejak tahun 2014 silam, mesin waktu yang terus berjalan menuju ke angka 2019 pun ikut menyeret istilah cebong-kampret didalamnya, tak terkecuali teman Sikonyolovers yang berada diluar angkasa sana. Sehingga lagi dan kembali lagi, cebong untuk pendukung Jokowi dan kampret untuk pendukung Prabowo menjadi sebuah istilah ngetrend yang kemudian mampu memecah belah arus perpolitikan Indonesia pada tataran prakmatis. 

Pada tataran ini, setiap umat manusia yang mendiami wilayah kepulaun negera indonesia yang berjumlah 17.503 pulau akan di judge sebagai Cebong bila mendukung dan berada di barisan Jokowi dibalik Jargon Revolusi mental ini. Sementara itu, bagi teman-teman yang berada di balik barisan Prabowo akan di tuduh sebagai Kampret yang sering tidur siang kepalanya berada dibawah. 

Gerakan fitnah berjamaah terhadap penobatan dua nama tadi, seolah sudah mendapat label halal dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MUI). Sehingga peng-legitimasi-an terhadap cebong dan kampret ini wajar dan wajib diterima oleh setiap umat beragama yang diakui oleh Pasal 29 Undang-undang Dasar 1945. 

Dengan demikian jelas dan membuatku yakin bahwa kata Cebong dan Kampret mendapatkan tempat teratas di alam pikir manusia tanpa harus memperk0s* diri dengan segala imajinasi yang ada. Hmmmm,, 

Baca Juga : Makna Perjuangan Ditinjau dari Lagu Lawas dan Lagu Zaman Now

Namun yang menjadi catatan penting dan wajib digarisbawahi ialah urusan dukung-mendukung, sama halnya dengan urusan cinta-mencintai, dan rindu-merindui. Dimana urusan ini menjadi hak yang harus dan bebas dimiliki oleh warga negara yang menganut asas demokrasi. Sehingga setiap pilihan yang merupakan hak setiap warga ini benar-benar dihargai tanpa harus dituduh dan difitnah menjadi cebong atau sebaliknya menjadi kampret.

Padahal bila dilihat dari definisinya Cebong dan Kampret bukanlah demikian seperti yang sudah saya uraikan diatas sono. 
Kecebong adalah tahap pra-dewasa dalam daur hidup amfibia. Berudu eksklusif hidup di air dan berespirasi menggunakan insang, seperti ikan. Tahap akuatik inilah yang membuat amfibia memperoleh namanya. Kebanyakan berudu herbivora, memakan alga dan bagian-bagian tumbuhan. Beberapa spesies merupakan omnivora.  
Sedangkan Kampret menurut penjelasan di laman wikipedia.org adalah anak kelelawar dalam istilah Jawa. Berasal dari kingdom Animalia, Filum Chordata, Kelas Mammalia, Ordo Chiroptera, Subordo Microchiroptera. 
Nah, oleh sebab itu sudah jelas bukan! Cebong dan Kampret bagaimana bentuk dan jenisnya. Dan mulai dari sekarang berhentilah untuk saling mengutuk atas nama cebong dan kampret. Sebab Kalau bukan Cebong, belum tentu Kampret. Dan kalau bukan kampret juga bukan cebong. Akan tetapi yang pastinya kita adalah Bhinneka Tunggal Ika. 
Ketika Kopi Tak Manis Lagi

Ketika Kopi Tak Manis Lagi

Pernahkah terpikirkan cara membuat kopi tanpa gula atau membuat kopi dengan kayu manis? Meskipun belum pernah di coba oleh para nenek-nenek terdahulu, ku yakin sangat banyak manfaatnya. Misal manfaat kopi pahit untuk diet, kopi pahit bikin kurus, manfaat kopi pahit untuk wanita dan kopi pahit bisa membakar lemak
Menikmati kopi Di Puncak Gureute, Aceh Jaya | Foto : Dok. Sikonyol.com 
Seandainya saja, aku mampu membuat konferensi tingkat Internasional yang di biaya melalui dana aspirasi Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), mungkin beragam definisi pun akan muncul tentang definisi kopi. Namun meskipun demikian, percayalah hal ini pasti tidak akan merubah cita rasa kopi itu sendiri. Alih-alih juga untuk mempromosikan cita rasa kopi Aceh yang dikenal dunia. Disamping itu juga mengundang investor asing untuk tanam saham di bumoe Serambi Mekkah ini seperti yang di impikan oleh Pemerintah Aceh.

Ya, walaupun ini hanya harapan yang berbentuk angan-angan dan jauh dari kenyataan, tapi setidaknya sudah aku sampaikan harapan Konyol ini melalui definisi kopi. Tujuannya juga tidak lain dan tidak bukan, hanya untuk mendongkrak ekonomi ke-rakyat-tan (untuk rakyat tidak ada). Selebihnya, mungkin bisa dijadikan agenda politik, apakah membangun cita diri atau berkampanye ria menyongsong 2019 mendatang. 

Walaupun banyak celoteh, cibiran dan kritikan,terhadap penguasa negeri ini, maka yakinlah, kopi akan mempersatukan kita dalam satu meja, satu cerita dan satu tujuan. Meskipun sebenarnya di zaman teknologi canggih ini, jari jempol terus menerus mengasikkan kita terlelap dengan dunia yang berbeda. Tak terkecuali juga dengan kenderaan politik. 

Dalam perpolitikan, kerja, lobi dan negosiasi, sepertinya Aceh yang kerap disebut dengan Kota seribu warung Kopi ini, secara tidak sadar mengharuskan segala proses yang dilaluinya itu selalu dilibatkan kopi didalamnya. 
Baca Juga : Menikmati Capucino Daun Ganja, Lupa Siguhi Gula
Misal, saat menerima tamu, pasti ditawari kopi. Kemudian usai bekerja atau bantu-bantu teman seperjuangan, pasti dikasih uang kopi. Bila sudah lama tidak jumpa, pas waktu ketemuan pasti diajak minum kopi. Tapi meskipun hampir semua urusan dilibatkan kopi, percayalah kita tidak pernah libat Jesica untuk minum kopi bersama. Jadi jelas aman kopinya. 

Berbicara tentang definisi kopi, tidak sedikit orang juga banyak membuat tafsir yang berbeda-beda. Ada yang mentafsir kopi dari kepanjangan kata 'KOPI'. Huruf 'K' berkepanjangan 'Ketika', kemudian huruf 'O' berakti 'Otak', huruf 'P' berarti 'Perlu' dan huruf terkhir 'I' berarti 'Inspirasi'. Jadi, Kopi dibutuhkan 'Ketika Otak Perlu Inspirasi'. Sehingga sangat memungkinkan, bila semua proses yang dilalui itu dibarengi dengan kopi. Lengkap ya Om!

Lalu, bagaimana dengan tafsir kamu-kamu terhadap kopi? Silakan berbeda pendapat, asalkan tidak saling menyalahkan antara sesama penikmat kopi. Apalagi sampai melakukan Black Campaign menjelang pemilu tahun 2019, hanya dikarenakan beda tafsir tentang kopi. Sungguh sangat terlalu kata bang Haji Rhoma Irama. 

Selain itu, Kopi yang berbentuk minuman pada umumnya itu diseduh terasa manis. Terserah siapapun yang membuatnya. Apakah simanis atau ibunya simanis. Akan tetapi walaupun memilki rasa manis, pada saat-saat tertentu justru tidak terasa manis lagi. 
Baca Juga : Parah! Mie Kocok Meruntuhkan Komitmenku 
Nah, ku harap sepuluh kali berharap tidak manis kopi tersebut bukan salahku, bukan juga salahmu. Itu hanya keadaan saja yang memaksa demikian. Sehingga kopi hitam yang manis atau simanis ini terasa pahit bak usai minum puyer bintang tujuh. 

Lalu, kenapa Kopi manis tersebut tidak terasa manis lagi? Ada sedikit pendapat tentang tidak terasa manisnya kopi. 
  • Ketika Kopi Lupa Suguhi Gula 
Hal ini sangat tidak jarang terjadi. Dimanapun dan dalam keadaan apapun, bisa saja sipembuat kopi lupa suguhi gula dalam secangkir kopi. Terserah atas dasar alasan apapun, baik sengaja maupun tidak sengaja. Tapi ikhlaslah dan maafkanlah tidak ada jawaban yang pasti tentang hal ini. 
  • Ketika penikmat kopi sedang galau dan putus cinta 
Menjadi jomblo yang baru saja di putusin pacar, itu memang terdengar sangat menyakitkan, menyedihkan dan bahkan pikiranpun menjadi kacau. Sehingga akibat dari perasaan galau tersebut, kopi pun tidak terasa manis lagi. 
  • Ketika "Lampu kuning" untuk para penikmat kopi yang menderita penyakit strok, asam lambung dan darah manis. 
Lampu kuning peringatan ini, tidak sama dengan traffick light yang ada di persimpangan jalan. Tapi lampu kining yang dimaksud ini adalah alarm atau tanda peringatan untuk penikmat kopi. Walaupun memilki seribu alasan tidak akan berlaku atas nama medis. Namun, sebagai penikmat kopi sejati justru mengakali alarm ini dengan sensasi kopi yang tidak manis alias kopi pahit. (silakan ditambah selanjutnya di kolom komentar
Menikmati kopi disaat jeda Jam Kerja | Foto : Dok. Sikonyol.com
So, sudah tahukan kapan kopi tersebut akan berubah manjadi tidak terasa manis lagi? Semoga kopi pahit tidak mengisyaratkan tentang kehidupanmu jomblo yang amat pahit ini. Akan tetapi tetap akan inspirasi seperti definisi Kopi “Ketika Otak Perlu Inspirasi”.
Harga Emas Melambung, Jomblo Aceh Kalah Saing dengan Ayahwa

Harga Emas Melambung, Jomblo Aceh Kalah Saing dengan Ayahwa

Ditengah harga emas melambung, harga terong naik, dan harga susu membengkak tapi tidak memasung niat Jomblo tua yang semakin nekat menyelip pemuda Jomblo yang sudah lama melanglang buana terganjar oleh mahar dan rupiah. 
Pemuda Tak Jomblo | Foto : Dok. Sikonyol.com
Sekilas aku beranggapan wajar saja, bila gadis doyan dengan Ayahwa (Pak Tua). Sebab yang mudapun terkadang juga doyan dengan yang janda. Sehingga hubungan sebab akibat ini kerap kali menjadi alasan untuk memutus dan menentukan pilihan, tua dengan yang muda. Bila kata pepatah, sambil menyelam minum air namanya. Alih-alih mencari yang berpengalaman sekaligus menjamin kehidupannya. 

Melihat fenomena semacam ini, seakan tradisi sudah meng-aminkannya. Muda vs Tua menjadi trend yang sedang marak terjadi. Ya, kuncinya seperti yang sering disampaikan oleh anak muda alay kampungku, “ada uang ada barang”. Seolah mengisyaratkan, semua tertumpu pada harta dan uang. Sehingga pemilik modal merasa sangat mudah dalam hal memenangkan hati seorang wanita untuk dipersunting menjadi permaisuri dalam rumah tangganya. 

Ajeb lah, bila hal ini terus-terusan terjadi. Kaum Muda yang Jomblo merasa terkorbankan dalam pusaran asmara yang tercemar oleh arus materialistik. Seolah yang beruang (tetap manusia) satu-satunya dianggap menjamin kabahagiaan hidup dalam berumah tangga. Padahal dalam roman dan novel yang pernah ku baca, justru nikmat cinta itulah yang berperan untuk menggerakkan hati dua insan yang berpasangan (sah) ini mencapai bahagia dalam membina keluarga sakinah mawaddah warrahmah, katanya. 
Baca Juga : Harga Emas Melangit, Pemuda Aceh Terancam Melajang Seumur Hidup
Beberapa hari yang lalu, bila boleh aku melebay. Tepatnya hari Jumat tanggal 8 Juni 2018. Wargenet yang berdomisili di Aceh yang sering kepo sosmed bak terasa tenggelam dalam lautan asmara hingga kedasar samudera. Apalagi yang Jomblo, seolah semua harapan sudah sirna. Hal ini sontak mejadi viral, setelah beredarnya foto usai Ijab qabul Bupati Pidie Aceh dengan gadis muda Asal langsa di Jagat Maya. 

Salah seorang Jomblo yang sudah berkepala tiga, yang namanya aku samarkan merasa bak di datangi malaikat sakaratul maut, lidah kelut, angan melayang entah berantah dan bahkan hampir setengah jiwanya pergi, setelah mendengar kabar pernikahan ini. Benar sih, perempuan itu bukan pacarnya. Apalagi dituduh kakak Iparnya, sungguh sangat tidak mungkin. Akan tetapi yang menjadi alasan baginya, yang tua semakin kencang menyelip yang muda bak berlaga di pacuan kuda liar. 

Selain itu, dalam ungkapan penuh harubiru ia berucap, anak muda khususnya Jomblo, makin hari semakin ketinggalan. Sedangkan yang tua semakin laris. Persis dan sama dengan larisnya obat kuat, di pasar online, dalam memenangkan hati perempuan muda belia untuk menjadi pelipur lara, penghapus derita dan pelepas rasa dahaga. Sementara yang muda, semakin bertahan dengan status Jomblonya yang kemudian menjadi barang antik koleksi zaman melenial. 

Walaupun pedih, perih dan terasa teriris-iris. Luka dan cemburu pun menyatu menjadi satu, terus menghujam hingga ke dalam pangkal anus. Kemudian ditambah dengan bisikan pertanyaan super serem menjelang lebaran tiba. Mulai dari kapan nikah, kapan lepas lajang dan kapan berkeluarga? Aduhai, semoga malaikat cinta segera mengirimkan Jodoh buatnya. Amin
Mendengar keluh-kesah ini, aku yang hampir berkelapa banyak seperti dia pun ikut bersimpati. Walaupun sebenarnya tidak seperti XL yang nyambung terus mendengar curhatan kisah Jomblo yang sedang disandrung pilu berbalut cemburu. Seolah walaupun sudah memilki baju baru lebaran, terasa tidak ada apa-apanya setelah tragedi patah hati pada pekan lalu. 

Ditengah harga emas melambung, harga terong naik, dan harga susu membengkak tapi tidak memasung niat Jomblo tua yang semakin nekat menyelip pemuda Jomblo yang sudah lama melanglang buana terganjar oleh mahar dan rupiah. Semoga saja tidak menjadi Jomblo Abadi.
Hampir bunuh diri | Foto : Dok. Sikonyol.com 
Bila ditanya sakit, mungkin sekilas terjawab biasa saja, tapi luka dalam yang mengiris-iris hati itu tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Dan ku yakin pujangga yang sudah berpuluh tahun berkelana di hutan cintapun akan menangis tersedu dengan perasaan luka. Apalagi pemuda melow seperti aku ini, pasti bakal galau, lalu sembuh dan membuat gubahan seperti Zainuddin di Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, karangan Buya Hamka. 

Nah, dari peristiwa ini membuktikan bahwa Pemuda Jomblo kalah telak bersaing dengan Tua Jomblo. Sehingga atas alasan apapun di zaman melenial ini, kesetiaan akan tergadaikan oleh rupiah, sementara cinta akan terus menyala bak api dalam sekam. Namun suatu waktu akan padam dengan kisah yang baru.
Yang Penting 20, Walaupun Tidak Mengerjakannya

Yang Penting 20, Walaupun Tidak Mengerjakannya

Apalagi berharap dapat tawaran wanita cantik, yang katanya Bidadari surga. Sungguh sangat mesum otakku bila aku yang masih sangat bangsat ini memiliki niat demikian. Namun kembali lagi, aku hanya Manusia Biasa yang tak lepas dari khilaf seperti lirik lagu Radja yang rilis tahun 2014 silam.
Sholat Berjamah | Dok. Sikonyol.com
Bisa aku pastikan bahwa, aku adalah satu dari sekian jomblo dan teman-teman seiman merasa Gegana, Gelisah Galau Merana seperti lirik lagu Cita Citata berjudul Goyang Dumang. Gegana disini bukan karena ditolak lamaran dan bukan juga karena gak ada uang beli baju lebaran. Akan tetapi gegana disini karena kondisi menjelang ramadhan di Aceh masih berkutik pada perdebatan jumlah rakaat taraweh. 

Mungkin bagiku hal itu sudah tuntas dan tidak perlu diperdebatkan dengan alasan apapun dan juga dengan ancaman apapun. Tidak terkecuali dengan alasan gombal yang menawarkan surga dunia. Sebab esensi dari sebuah ibadah, menurutku bukan mengejar surga. Apalagi berharap dapat tawaran wanita cantik, yang katanya bidadari surga. Sungguh sangat mes*m otakku bila aku yang masih sangat bangsat ini memiliki niat demikian. Namun kembali lagi, aku hanya Manusia Biasa yang tak lepas dari khilaf seperti lirik lagu Radja yang rilis tahun 2004 silam. 

Lantas seperti apa juga aku? Sebanarnya cuma Aku dan Tuhan yang tahu. Apalagi persoalan Ibadah itu hanya berharap ridho Illahi Rabbi sematalah yang menjadi motivasi diri dalam berbuat kebaikan, melaksanakan perintah dan juga menjauhi larangan-Nya. Selain itu, logika konyolku juga beranggapan bahwa, Ridho Illahi Rabbi itu nomor wahid dan surga number one dari belakang. 
Baca Juga : Usai Sholat Jum'at, Siapakah yang Paling Cepat Keluar dari Mesjid?
Berkaitan dengan hal tersebut, beberapa malam yang lalu usai terawih disebuah mesjid di pusat Kota Blangpidie Abdya. Aku dengan dua orang teman yang tidak wajib ku sebutkan namanya duduk disebuah warkop yang tidak terlalu jauh dari mesjid tempat kami sholat terawih tadi. Nama warkopnya,,, ah sudahlah tidak perlu kusebutkan. Sebab pemilik warung tidak minta review warungnya. Hehehe. gratiskan dulu kopinya, biar di review

Sambil menikmati kopi malam dengan suasana sedikit dingin, anginpun datang menyapu sisa-sisa mendung setelah usainya hujan. Ya, kopi panas pasti akan menjadi penghangat suasana sebelum kami memulai pembicaraan tentang Estetika Ramadhan. 

Dari pembicaran tersebut, ya maklum lah “Haba Waroeng Kupi” (pembicaraan di warug kopi; read) yang terkadang tidak jelas arah dan tujuannya kemana. Kalau kata Ustad kondang UAS, inilah yang katanya asbun alias asal bunyi dan tidak bisa dipertanggungjawabkan akan tetapi sangat memungkinkan dan patut untuk diseret ke ranah hukum sebagai pembelajaran untuk semua generasi orde lama hingga generasi melenial. 

Tapi ya sudahlah, Judul dari estetika ramadhan beralih ke ironinya ramadhan. Sehingga dua teman yang berstatus sama lajangnya dengan ku hanya bisa diam saja, sambil nguping secara detail dari titik hingga koma terhadap pembicaraan sekelompok orang yang hampir berkepala empat. Tapi yang perlu diingat, bagiku mereka itu persisi seperti kepala kambing terbakar. Sudah dibakar tapi masih juga tertawa. 

Ads
Pembicaraan super bodoh mereka tidak terlepas tentang isu yang sering berembus saat menjelang ramadhan tiba dari jaman sebelum Indonesia lahir. Kebayangkan, sudah berapa tahun lamanya. Barangkali mereka adalah generasi yang gagal Move On dari perbedaan khilafiah atau Ikhtilaf semata. Sehingga masalah sholat yang bukan wajib tersebut terlalu rumit pembahasannya. 

Mirisnya, kemudian hal ini juga menjadi isu yang dikelola oleh seorang hamba Allah yang diagungkan kebanyakan manusia di Aceh ini sebagai upaya diskriminasi sesama muslim, hanya persoalan jumlah rakaat saja. Sehingga dengan bangga mengeluarkan fatwa Bid’ah tentang sholat terawih sebelas rakaat tanpa referensi hadis yang jelas. Dan sangat disayangkan lagi jamaah yang tidak tahu apa-apa cendrung takrik buta dan ngekor untuk memfitnah bahwa kelompak A salah, kelompok saya benar. 

Duh, kopi panaspun sudah hampir dingin, akibat terlalu pasang kuping buat mereka. Meskipun sebenarnya bila aku terlalu berani untuk menolak pernyataan atau fatwa tersebut, pasti keberanianku kalah terkalahkan oleh sikap prontal mereka sebagai wujujd penghambaan diri mereka terhadap Maha Guru mereka dan aku akan di judge dengan stigma negatif sebagai wahabi. 

Cie alah, terserah wahabi juga manusia toh dan tidak se-ekstream mereka dalam memahami agama dan berguru hingga level menghambakan diri. Meskipun sebenarnya mereka terlalu peak memahami apa itu wahabi dan bagaimana sejarahnya. Yang pasti sejarah wahabi itu tidak terdapat di buku pelajaran Sejarah Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan juga Madrasah Aliyah juga tidak terdapat di bangku kuliah. Intinya cari sendiri, jangan hanya tunggu dari mulut doang, kesalku. 

Ayo Tarawih | Foto :nu.or.id
Yang lucunya, dari hal kecil ini justru sangat antusias didukung oleh mereka anak jablay yang bodoh disertai peak untuk menghidupkan kompor dan memanas-memanaskan publik di dunia maya bahwa fatwa sholat sebelas rakaat itu bid’ah. Baik dengan video abal-abal alias abu-abu yang tidak jelas warnanya juga dengan berbagai posting sosmed yang bertujuan untuk pembenaran. Sementara ia sendiri tidak pernah sholat lima waktu dan menolak penjelasan video oleh ustad-ustad lain yang lengkap dengan dalil Al Quran dan Hadist shahih. Ya, bisa dikatakan Yang Penting 20, Walaupun Tidak Mengerjakannya.
Baca Juga : Akibat Taat Kepada Allah, Dua Ulama Aceh Meninggal Dunia
Selain itu, menurut cetus temanku yang sama bangsat denganku, berbicara tentang agama bagi mereka hanya orang-orang tertentu sajalah yang boleh mengulas dan menjelaskan tentang seputar agama. Dan ketika maha guru sudah mengatakan A, maka dilarang untuk mengkritik apalagi membatah, sekalipun itu salah. Sepertinya, Pasal Senioritas tumbuh subur bak jamur diatas taik lembu. Hahahaha, 
Pasal 1 
Senior tidak pernah (ngaku) salah.  
Pasal 2 
Bila senoir salah kembali ke Pasal 1. 
Ah, yang benar saja ini, aku membathin. Mau jawab, entar tamat pula riwayatku. Apalagi aku dan teman-teman selajangku kan masih lajang, sayang belum nikah. Namun pun demikian, sebagai lajang yang merdeka, menurut kami sangat tidak bijaksana rasanya bila orang yang demikian dijadikan penyejuk bathin bagi anak-anak alay, jomblowan dan jomblowati. Ya, mungkin itu cocok buat mereka bapak-bapak yang mainstream terhadap akhirat dan mengabaikan dunia. Padahal mereka lupa, menuju akhirat biar mulus kayak jalan tol, mesti banyak ibadah dan berbuat baik sesama makhluk dulu. Inilah yang bakal menjadi bekal menuju akherat. 

Toh, persoalan sholat malam ramadhan mau sebelas, dua puluh tiga dan tiga pupuh sembilan, itu semua ada dalilnya. Pun juga sudah berlangsung lama sebelum internet (katanya) itu ada. Yang terpenting kerjakan menurut paham masing-masing, jangan menghujat dan merasa diri paling benar. Sebagai catatan yang harus disalahkan dan difatwakan ialah mereka yang tidak mengerjakan salah satu dari shlat terawih delapan, dua puluh dan tiga puluh enam. 
Parah! Mie Kocok Meruntuhkan Komitmenku

Parah! Mie Kocok Meruntuhkan Komitmenku

Mie kocok Abdya yang merupakan mie ciri khas negeri china ini berbeda dengan Mie daerah Aceh yang lain. Sebab jenis mie ini tidak hanya disajikan dengan mie kuning, daging, dan toge saja, akan tetapi pada mie ini juga ditambahkan mie putih atau bisa juga disebut kue tiaw
Sejak beberapa hari lalu, bumi yang gersang bak di gurun Sahara ini kembali di sirami oleh hujan. Seakan petanda awal bahagia bagi Jomblo akan segera tiba. Tak hanya itu, seolah kenangan indah bersama mantan akan lenyap disapu hujan tanpa meninggalkan bekas yang membuat suasana menjadi kelam hingga dilanda banjir galau sejagat maya. Sepantasnya kata Alhamdulillah patut untuk kita lontarkan sebagai wujud syukur atas anugrah Tuhan yang tidak terangka jumlahnya. 

Musim hujan kali ini, masih sama dengan musim hujan yang sudah-sudah. Suasana dingin, angin, petir dan badai kerap datang menghampiri kehidupan yang masih sendiri ini. Bila boleh ku umpamakan dingin sebagai rindu akan sebuah pelukan, angin menjadi emosional, petir sebagai amarah dan badai sebagai sebuah reaksi kesal, maka sudah hampir cukup untuk kusimpulkan, itulah penyebab dari status lajang yang sudah hampir kadarluasa yang banyak dialami oleh banyak anak muda. 

Para Pemburu Mie Kocok | Foto : Irma Adek Vinda

Makna Perjuangan Ditinjau dari Lagu Lawas dan Lagu Zaman Now

Makna Perjuangan Ditinjau dari Lagu Lawas dan Lagu Zaman Now

Menjadi pahlawan seperti Batman, Superman Spiderman, Ultraman Catwoman dan seluruh keluarga akhiran Man (kecuali aku Pujiaman) juga bisa dikatakan sebagai pejuang. Ya, karena mereka para “man” sudah berjuang seperti definisi yang sudah aku katakan tadi pada paragraf pertama, itu sudah lebih dari cukup. 
Kakek berjuang demi Kau dan Sibuah Hati | Edit : Sikonyol.com 
Kini perang penjajahan Belanda telah usai, akan tetapi masih sangat banyak perjuangan-perjuangan lain yang akan di ‘demi’ –kan. Hal ini tetap akan berlanjut bagi setiap insan didunia ini, tidak terkecuali dengan insan jomblo. Mungkin perjuangan ini barangkali hanya akan terhenti saat datangnya Izrail. Namun yang perlu diingat, meskipun perjuangannya hanya demi sesuap nasi saja dan selebihnya untuk beli pesawat terbang, itu tetap bagian dari sebuah perjuangan. 

Seperti yang sudah kita pahami bersama, tidak terkecuali dengan aku, bahwa perjuangan merupakan usaha yang dilakukan untuk memperoleh sesuatu tanpa peduli konsekuensi dan resiko terhadapnya dan bahkan terkadang harus mengorban diri sendiri. Nah, itu definisi menurut ku. Sedangkan menurut Sobat Sikonyolovers pastinya aku tidak tahu. Terserah bagaimana redaksi bahasanya, asalkan memiliki sebuah tujuan mulia, yaitu demi kebaikan. 

Lazimnya, orang yang pernah berjuang pasti memiliki sebuah kebanggakaan tersendiri baginya, apalagi mereka yang memilki jiwa kesaktria. Tak kenal lelah, letih dan bahkan rela mengorbankan nyawa untuk sebuah perjuangan. Perjuangan disini tak mesti seperti yang dilakukan para nenek monyang atau tetua kita terdahulu saat melawan para penjajah Belanda yang kemudian disebut sebagai pahlawan. 
Baca Juga : Paling Ditakuti, Ternyata Binatang ini Bikin Kesal Warganet Sejagad
Menjadi pahlawan seperti Batman, Superman Spiderman, Ultraman Catwoman dan seluruh keluarga akhiran Man (kecuali aku Pujiaman) juga bisa dikatakan sebagai pejuang. Ya, karena mereka para “man” sudah berjuang seperti definisi yang sudah aku katakan tadi pada paragraf pertama, itu sudah lebih dari cukup. 

*** 

Demi Kau dan Sibuah Hati 
Lagu lama sering disebut oleh kids jaman now dengan sebutan lagu lawas. Sedangkan kaum kelahiran tahun 90-an mengatakan, ini adalah lagu tembang kenangan. Ya, tentang hal itu apapun sebutannya, lagu itu berbeda zaman dengan zaman now. 

Mengenai lagu lama dalam sebuah perjuangan, mungkin tidak asing lagi bagi Sobat Sikonyolovers yang lahir pada tahun 90-an. Sebab liriknya mudah dinyayikan, hampir sama dengan mudahnya membalikkan telapak tangan. Ya, lagu yang dimaksud ialah “Demi kau dan Sibuah Hati” yang pernah di populerkan oleh Pance Panda pada tahun 90-an. 

Lagu ini menceritakan sebuah perjuangan yang dilakukan oleh sesorang untuk membahagiakan orang yang dicintainya, yaitu kau dan sibuah hatinya. Sehingga sangat mudah ditebak bahwa, perjuangan yang dilakukan dalam lirik lagu itu untuk membahagikan orang dicintainya, walaupun yang dilakukakan itu berdampak pada dirinya yang harus pergi malam. 

Bukankah seperti yang kita tahu bahwa, kerja malam pasti bergadang jadinya. Sedangkan bergadang kan tidak baik untuk kesehatan. Apalagi seperti yang sudah disampaikan oleh Bang Haji dalam lagunya “Bergadang jangan bergadang” yang katanya kena angin malam, penyakit akan mudah datang. 

Asalkan Kau Bahagia
Lagu zaman now, terbilang sungguh sangat mudah dan simpel liriknya. Mudah dingat, dimengerti dan juga mudah dinyanyikan dengan alat musik berupa gitar. Asalkan bisa main gitar. Tapi apa benar, mudah? Ya, tanyakan saja kepada sipencipta lagunya. 

Kembali kepada sub judul diatas, Perjuangan dalam lagu zaman now juga memiliki sedikit kesamaan dengan lagu lawas. Bila diilustrasikan dengan angka, bisa dibilang, sebelas dua belas. Sehingga perbedaan dan kesamaan sangat berdekatan, sama seperti dengannya Aku dengan Kamu yang akan menjadi Kita. To twiit tali. 
Baca Juga : Ternyata Penjual Mie Di Aceh Sering Langgar Kode Etik
Dalam lagu lawas, perjuangan yang itu “Demi kau dan sibuah hati” namun dalam lagu zaman now berjudul “Asalkan kau bahagia” yang dinyanyikan oleh Grop Banda Armada. Dari lagu zaman now bisa dipastikan bahwa semua dilakukan hanya karena kata “Demi” malah rela mengorban diri terhadap orang dicinta walapun bathin sendiri harus terluka dengan pesan Asalkan kau bahagia. Dibilang sedih, pilu, terturih dan sakit, jawabannya iya! tapi inilah perjuangan yang terkadang harus rela berkorban dengan resiko yang sangat menyakitkan. 

Dari dua lagu tersebut diatas, walaupun diakhirnya harus menyakitkan, setidaknya perjuangan tetap terus dilakukan dengan sebuah kebaikan. Sedangkan mengenai lagu, aku harap semoga sobat Sikonyolovers sudah hafal lagunya. Alih-alih bisa dinyanyikan pada pernikahan mantan.