Parah! Mie Kocok Meruntuhkan Komitmenku

Mie kocok Abdya yang merupakan mie ciri khas negeri china ini berbeda dengan Mie daerah Aceh yang lain. Sebab jenis mie ini tidak hanya disajikan dengan mie kuning, daging, dan toge saja, akan tetapi pada mie ini juga ditambahkan mie putih atau bisa juga disebut kue tiaw
Para Pemburu Mie Kocok | Foto : Irma Adek Vinda
Sejak beberapa hari lalu, bumi yang gersang bak di gurun Sahara ini kembali di sirami oleh hujan. Seakan petanda awal bahagia bagi Jomblo akan segera tiba. Tak hanya itu, seolah kenangan indah bersama mantan akan lenyap disapu hujan tanpa meninggalkan bekas yang membuat suasana menjadi kelam hingga dilanda banjir galau sejagat maya. Sepantasnya kata Alhamdulillah patut untuk kita lontarkan sebagai wujud syukur atas anugrah Tuhan yang tidak terangka jumlahnya. 

Musim hujan kali ini, masih sama dengan musim hujan yang sudah-sudah. Suasana dingin, angin, petir dan badai kerap datang menghampiri kehidupan yang masih sendiri ini. Bila boleh ku umpamakan dingin sebagai rindu akan sebuah pelukan, angin menjadi emosional, petir sebagai amarah dan badai sebagai sebuah reaksi kesal, maka sudah hampir cukup untuk kusimpulkan, itulah penyebab dari status lajang yang sudah hampir kadarluasa yang banyak dialami oleh banyak anak muda. 

Aku masih teringat dengan film India tahun 2000-an, yang sering main hujan. Meskipun hipotesaku beranggapan bahwa hujan di film tersebut sebagai pengiring suasana hati yang menggambarkan dua arti yang berbeda. 

Pertama, Hujan sebagai pengiring awal mulanya kisah asmara. Dimana kisah tumbuhnya bunga-bunga asmara mekar mewangi di taman cinta. Seolah peran hujan disana menyirami taman bunga yang baru memutik hingga mewangi seluruh taman. Dan Kedua, Hujan sebagai penghapus hati yang luka. Bisa disamakan dengan debu-debu yang menempel di dedaunan, maka hujanlah yang menyapunya. Sehingga peran hujan di film tersebut tidak hanya berperan pada awal kisah saja tetapi juga akhir dari kisah sepasang manusia. Lengkap deh.
Baca Juga : Ternyata Penjual Mie Di Aceh Sering Langgar Kode Etik
Nah, sekelumit history hujan diatas hanya sekilas intermezzo untuk menguak tentang cerita seputar hujan dengan berbagai aktivitas didalamnya. Akan tetapi kebanyakan orang, juga aku didalamnya seakan sudah menjadi tradisi dikala hujan tiba, yaitu disamperin oleh rasa lapar yang tidak menentu. Sehingga suara cacing pun persis seperti suara demontran saat berorasi menuntut haknya untuk segera dipenuhi dan perut yang dilanda kekosonganpun mengirimkan pesan perintah ke otak untuk segera mencari makanan untuk memenuhi tuntutan cacing yang sedang berorasi. 

Ya, akhirnya mau tidak mau permintaan para cacingpun harus segera dipenuhi. Kebetulan aku yang sering makan mie kocokpun berusaha menuntaskan rasa lapar ini dengan mie kocok. Maklum saja, kalaau kata pepatah Almarhum Kakekku, “Lapar itu tak harus tunggu mampus dulu tapi bersegeralah untuk makan”. Jadi, terserah apa jenis makanannya atau bahkan apa jenis minumannya. Selagi masih layak dan wajar untuk dikonsumsi. Ops, jangan mengosumsi benda-benda aneh seperti meja, kursi, lemari dan lain sebagainya. Sebab itu bukan makanan. Kwak,,,kwak,,, kwak,,, kwak,,, kwak,,, 
Mie Kocok Abdya Tampak Atas | Foto : Dok. Sikonyol.com  
Sejarah Mie Kocok
Sebelum terlalu jauh, Sobat Sikonyolovers harus tahu dulu tentang sejarah Mie Kocok Abdya. Menurut sejarah yang tidak tercatat di buku pelajaran Sekolah, mulai dari SD hingga SMA, Mie kocok Abdya itu dikenalkan oleh Alm Said Idrus. Sekilas, singkat cerita bahwa, Sosok Said Idrus adalah anak muda yang ikut pepatah orangtua zaman old, “Tuntutlah Ilmu Hingga ke negeri China” sehingga kepergian anak muda yang saat itu berstatus jomblo membuahkan hasil. 
    
               
Setelah bertahun-tahun disana, akhirnya beliaupun pulang ke kampung asalnya, Blangpidie. Saat beliau pulang ke sana, walaupun tidak membawa pulang gadis china, tapi Said Idrus muda justru membawa pulang keahliannya di bidang masak. Kebetulan beliau disini ahli dengan meracik bumbu dan Mie putih china yang bernama Mie Kocok secara alami tanpa penyedap rasa. Tanpa Masako, Raiko, Aji-nomoto, Mi Won dan Sasa

Berkat keahlian tersebut, Ia memutuskan membuka warung mie putih di deretan pertokoan yang berkontruksi kayu di deretan Jalan Selamat Kota Blangpidie hingga diteruskan oleh anak cucunya sampai saat ini. 

Mie yang satu ini sangat banyak penggemarnya, mulai ABG alay, Muda-mudi Jomblo, Bapak Ibu dan Kakek Nenek. Sedangkan dilihat dari domisilinya, mie ini digemari bukan hanya oleh penduduk lokal tapi juga para pendatang. Siapa saja yang berkunjung atau melewati daerah ini, aku sarani deh untuk menikmati Mie putih ini. Bila tiada kouta internet, kupastikan sobat Sikonyolovers tidak perlu tanya ke Google, cukup saja tanya saja ke warga yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya, Insha Allah ada jawab nya.
Baca Juga : Makna Perjuangan Ditinjau dari Lagu Lawas dan Lagu Zaman Now
Bentuk dan bahan Mie Kocok
Mie kocok Abdya yang merupakan mie ciri khas negeri china ini berbeda dengan Mie daerah Aceh yang lain. Sebab jenis mie ini tidak hanya disajikan dengan mie kuning, daging, dan toge saja, akan tetapi pada mie ini juga ditambahkan mie putih atau bisa juga disebut kue tiaw. Sedangkan kue tiaw ini biasanya disajikan dengan cara di goreng (terpotong pendek). Nah, di Kabupaten tanah kelahiranku ini, malah kue tiaw ini di nikmati bersama dengan kuah kaldu ayam dan daging cincang yang sudah di bumbui, sehingga jadilah dia MIE KOCOK.
Cincangan daging ayam ditengah/atas Mie Kocok | Foto : Dok. Sikonyol.com 

***
Sensasi menikmati Mie Kocok saat musim hujan, memang sudah sangat sering dilakukan oleh penikmat Mie Kocok, tapi bagiku justru ini merupakan sensasi yang luar biasa. Dimana, asam, pedas dan asin menyatu secara alami didalam sajian mie putih ini. Berbeda dengan mie-mie yang ada di Bumoe Breuh Sigupai (Beras Segepal) ini. Seperti Mie Bakso, Mie Aceh dan Mie Instan. Sehingga saat ini Mie Kocok menjadi daftar menu makanan nomor wahid saat musim hujan tiba. So, Persoalan tambah berat badan, maaf aku lupain dulu lah. Hehehehe. runtuh Iman abang Dek!

Bikin ngiler | Foto : Dok. Sikonyol.com 
Sejak mie kocok tersebut masuk dalam daftar menu favoritku, hampir sebulan 3 kali mie yang ditambahin dengan cincangan daging ayam ini semakin menggugah rasa. Sehigga makan tidak makan, bila aku diajak di warkop mie kocok ini, sumpah Demi Allah deh, aku tetap tidak bisa untuk tidak dimakan, walaupun baru siap makan. Sebab aroma dan sajian bumbu alami mie sajian anak cucu Said Idrus ini mampu meruntuhkan komitmenku menurunkan berat badan.

Hingga saat ini, berat badanku yang sebelumnya (diluar abdya)  terbilang porposional semakin menunjuk angka timbangan yang tak wajar dengan tinggiku. Semoga meskipun tidak meninggalakan menu favorit ini, setidaknya rajin olehraga. Aminn.

Nah, itulah sensasi mie kocok abdya sebagai kuliner nomor wahid kabupaten Breuh Sigupai ini. Bila sobat Sikonyolovers sebagai pendatang, jangan lupa singgah dan nikmati kuliner tanah kelahiranku, Aceh Barat Daya. Ops, sebagai catatan penting!! berdasarkan pengalaman pribadiku sendiri, yang pernah mencoba merasakan Mie kocok yang  ngaku Mie kocok Abdya yang terdapat diluar kabupaten Abdya justru memiliki rasa yang aneh dan kebanyakan penyedapnya. 
Awas Barang Turuan!!!
Mie Kocok | Foto : Dok. Sikonyol.com 

Previous
Next Post »

38 Comments

  1. Ini mirip ya sama mie kocok bandung. Tapi di bandung suka ada tetelannya gitu. Ah kan jadi penasaran deh aku. Masa iya aku harus ke aceh dulu.hiks..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menjawab penasaran mank harus demikian mbak...
      Hahahaha

      Hapus
  2. belum pernah nyobain makan mie kocok.. sekaliya nyobain mie kcook bandung dalam bentuk mie instan yg dijual di minimarket. huhu, saya kemana aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini masih alami sangat mas......
      Tanpa penyedap.

      Hapus
  3. Jujur, aku ngiler banget sama penampakan mie kocoknya. Kayak soto jawa timur ya. Aduh jadi pengen cepet beli nih.

    BalasHapus
  4. Kuahnya keliatan seger tuh apalagi ada jeruk buat perasannya. Kirain mi kocok itu semacem mi tanpa kuah yang dibaluri bumbu gitu hihi ternyata penyajiannya nggak dimix ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo silakan di Coba mbak, di Abdya ya...
      Yakin gak bakal kecewa rasanya.

      Hapus
  5. Ya Allah aku ngiler lihat fotonya. Jadi pingin mie kocok juga. Mirip mie Bangka tapi kalau mi Bangka pakai mi biasa trs kuahnya kuah ikan kerok. Hmm yummy

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lain lubuk lain ikannya. Mungkin itulah pepatah yg cocok.
      Heheehehehe

      Hapus
  6. Iya ini kwitiau yak. Jadi penasaran juga gimana rasanya, kok sampai ketagihan begitu. Moga2 pas ramadham begini, siangnya gak kebayang mie kocok terus. Haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha...kalomabk lihat a siang, maka pasti akan teringat waktu siang.
      Heheheehehehe

      Hapus
  7. Terimakasih karena telah membuatku ngiler dengan foto mi kocok disertai dengan penjelasan yang cukup menggugah selera di kala siang yang panas ini. Sialan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahaa....
      Maafkan saya mas.
      Hehehee, ini hanya foto saja di dunia maya.
      Heheehe

      Hapus
  8. Wow, sungguh menggoda mie kocok dari kwitiau, duh jadi pengen cobain, kalau di Bandung, mie kocok pakai mie kuning aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, disinilah bedanya mie Kocok Abdya. Kue tiauw campur dgn mia Aceh dan bumbu asli.

      Hapus
  9. eeee beda ya bentuk mie kocoknya
    di tempatku sih mie kuning doang, tanpa ada kwetiau. dikasih sedikit bayam sama bawang. udah gitu aja kayaknya. terus harganya cuma 3ribu. hahaha. kalau mau nambah pentol bakso ya nambah duit laaah

    hmm kapan2 deh kucobain mie kocok yang ini, biar tahu rasa aslinya gimana. hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo, coba sekali kali ke Abdya. Saya tggu disini. Insha Allah ane balen.

      Hapus
  10. blm pernah makan mie kocok
    klu mie aceh pernah
    tp di sini dan yg jual orang aceh

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang perlu di ingat, meakipun hanya baru rasa Mie Aceh disana, tetap bedanya rasanya. Meskipun yg jualnya orang Aceh.

      Hapus
  11. Duh, berkunjung ke sini di waktu yang kurang tepat. Di sore hari, menunggu waktu berbuka puasa, lihat penampakan mie kocoknya, perut jadi nyanyi-nyanyi...
    Bentuk mienya mirip dengan mie kocok Bandung, tapi yang jadi pelengkapnya bukan ayam, melainkan kikil (kaki sapi)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheheeh... Sabar mbak. Waktu buka puasa di Indonesia tdk lebih dari 14 jam.
      Heheheh

      Hapus
  12. Tampilan mie kocok ini menggoda selera banget, ya. Kuahnya bening tampak segar gitu.
    Btw biasa lah ya, makin laris makin banyak yang bikin tiruannya :)

    BalasHapus
  13. Istimewa!
    Makanan tanpa penyedap rasa itu menurutku istimewa.
    Karena pasti keoriginalitasan ((bahasanya ribet amat yaak?? kyahahhahha)) masih terjaga dengan baik.

    Dan ini mahal harganya.
    Selera pembeli.
    Dan
    Kepercayaan.

    Sukses terus yaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Disini yg membuat moe kocok ini twrjaga hingga anak cucu Said Idrus.

      Hapus
  14. Di Medan kayaknya belum ada mie kocok. Adanya pokat kocok. Jadi penasaran pengen ngerasain mie kocok ini ah.

    BalasHapus
  15. Oh, ini varian baru nama mie kocok ya ..
    Biasanya mie kocok pakai mie tapi ini bihun.
    Rasanya pasti tak kalah sedaaap ..

    BalasHapus

Silakan tinggalkan komentar Anda!