Saat Corona Menjelma Menjadi Kampret

...hingga pak Gubernur Aceh pun terkena virus corona berjenis kampret yang tidak kunjung negatif, walaupun sudah hampir sebulan melakukan isolasi mandiri. Dan bahkan tim medisnya menyarankan untuk isolasi mandiri selama tiga bulan kedepan. Semoga saja tidak minta tambah lagi, harapku.
Ini bukan warkop, hanya Kantin. Bersama Para Advokat | Foto : Dok. SIKONYOL.com
Maunya mereka, kita mendekam saja di rumah. Sambil golek-golek, makan, nonton bukan bok3p dan tidur. Sesekali main hape biar tidak boring 100%. Namun bila paket habis, disitulah kita baru pening 75 kali keliling. Dan mau tidak mau harus tunggu BLT cair dulu. Setelah BLT cair, baru isi paket lagi. Begitulah siklusnya hingga sang penguasa yakin dan berketetapan hati untuk mengatakan, "Kita bebas Covid".

Fenomena ini sungguh membuat aku harus berkata jujur, bahwa semakin membingungkan saja keadaan di lingkungan kita ini. Terkadang sempat berpikir, dikemanakan nalar mereka mereka semua itu? Apa karena habis ketemu Suzanna sinder bolong atau jangan-jangan baru berjumpa dengan Mak Lampir dari gunung berapi? Sehingga seperti dihantui rasa takut yang berlebihan. Melebihi dari rasa takut kepada Tuhan. Tapi Entahlah, semoga suatu saat aku dan para sikonyolovers akan temukan jawabannya dibalik lembaran soal ujian.
Sudah mencapai dua tahun, corona virus bergentayangan bak hantu yang mengerikan di film-film era 90-an. Bagaimana tidak, seperti yang kita ketahui bersama, sejak covid 19 ditetapkan sebagai pandemi, Wabah Penyakit yang super canggih ini ternyata membawa dampak yang sangat mengejutkan. Silaturahim putus, roda perekonomian pupus dan bahkan bila tidak hati-hati dalam berinteraksi, kita juga akan mampus. Innalillahi wainnailaihiraji'un.

Dampak corona virus ini memang sangat menakjubkan, menghebohkan dan menakutkan. Sehingga tatanan ekonomipun terhenti karena ketakutan. Namun meskipun demikian yang sungguh mengherankan, akhir-akhir ini khususnya di Aceh, sudah terdapat jenis baru dari corona virus, yaitu corona berjenis kampret. Entah bagaimana asal mulanya, dan siapa yang membawanya. Hingga kini pak Gubernur Aceh pun ikut terpapar virus corona berjenis kampret, yang sampai saat ini tidak kunjung negatif, walaupun sudah hampir sebulan melakukan isolasi mandiri. Dan bahkan tim medisnya pun menyarankan untuk isolasi mandiri selama tiga bulan kedepan. Semoga saja tidak minta tambah lagi, harapku.
Di Kantin PN Bpd menjelang sidang. Lepas Masker karena lagi ngopi | Foto : Dok. SIKONYOL.com
Jenis baru virus corona di Aceh ini tergolong sebagai virus yang sangat aneh dari negara manapun. Saking anehnya, Corona virus ini keluarnya tepat diatas jam 22.00 WIB, persis seperti kampret yang bermunculan di malam hari. Sedangkan siangnya tertidur pulas sambil mengumpulkan energi untuk persiapan malam tiba. Ops, jangan tanya corona siangnya tidur dimana?

Banyak yang merasa resah dengan virus corona yang menjelma menjadi kampret ini. Sehingga tidak jarang, mereka-mereka para pengaih rezeki pada malam hari harus bergegas dengan segera bila malam telah menunjukan jam 22.00 WIB. Terkadang yang berjualan dengan menggunakan gerobak-gerobak mini di pinggir jalan pun ikut merasakan dampaknya, walaupun dagangannya belum laku laris. Bahkan terancam basi dan mubazir.

Lain lagi terhadap penguasaha warung kopi, persis seperti Cenderella yang wanti-wanti menunggu sebelum pukul 00.00 WIB tiba. Cuma bedanya awak warkop kopi di Aceh lebih cepat 2 jam dari Cinderella. Akibat dampak ini, penikmat kopi di Aceh merasa gersang, hilang inspirasi dan bahkan rada-rada pungoe (gila). Kalau sudah begini, lantas penikmat kopi apa hanya diam saja? Tidak kawan! suara bathin tetap berontak walaupun tidak sekencang berintak ketika masa perang belanda dan perang RI dengan GAM.
Nah, siangnya bagaimana? Alhamdulillah bebas kemaja saja. Mau ke tempat wisata, is oke. Menikmati kopi pagi dan siang hari diwarkop hingga dua kali waktu sholatpun tidak mengapa. Karena seperti aku ceritakan tadi, Corona virusnya sudah bermutasi dan mengikuti sifat kebiasaan seperti kampret. Ya malam hari diatas pukul 22.00 WIB yang tidak boleh. Selainnya boleh-boleh saja. 

Selain warkop, dan usaha-usaha lainnya yang tutup diatas pukul 22.00 WIB, jalan-jalan yang biasa ramai dilewati manusiapun kiri nyaris sepi. Saking sepinya persis seperti hidup di kota mati. Tanpa penghuni dan tanpa cahaya kehidupan. Takutnya, disaat jalan yang biasanya ramai yang berubah sepi akan diambil alih oleh para Sinder Bolong, Pocong, Kuntilanak dan Para Hantu-hantu lainnya. Seremkan!

Hal yang sangat mencengangkan, setiap gampong yang ada di Aceh dianjurkan untuk melakukan ronda malam bergiliran. Sama seperti saat gejolak RI dan GAM belasan tahun silam. Entah untuk menjaga agar jalan sepi tidak diambil alih oleh para hantu, entah untuk menangkap virus corona yang menyerupai kampret untuk di musnahkan atau untuk sesuatu menghabiskan uang negara. Yang pasti sampai saat ini aku juga tidak  mengetahuinya. 

Bila sudah demikian, apa yang harus kita lakukan, Pasrah? Owalah. Masak pasrah sama hantu-hantu. Sudahlah cukup kita ditakutkan dengan virus corona berjenis kampret ini. Walaupun sebenarnya para elit dan penguasa negeri ini sedang membuat lelocun dan berharap kita patuh dan mengikuti terhadap kebijakan dan peraturan yang dilahirkan dari hasil hubungan gelap penguasa dengan kaum elit semata.
Seharusnya sesuai dengan protokuler kesehatan, langkah pencegahan corona virus adalah rajin cuci tangan walaupun bukan untuk makan, selalu menggunakan masker dan jaga jarak. Selain itu, juga jaga kesehatan dengan cara Istirahat yang cukup, konsumsi Vitamin C, Vitamin D dan Zink. Bukan patuh dan taat saat diatas jam 22.00. WIB saja.
Bila sudah begini, patut kita kasih 4 jempol sekaligus jempol kaki. Salut! Entah kita yang kurang sekolahan, atau merekanya yang kelebihan pintar. Yang pada ujungnya kita seperti bodoh dan dipaksa untuk bersikap seolah-olah tidak tahu. Bila kita pinjam diksi Bung Rocky Gerung, kita hari ini dipaksakan untuk bersikap dungu terhadap realita sosial - politik. Kita seperti ternak piaraan, dikasih makan kenyang-kenyang lalu disuruh disuruh diam, persis seperti kerbau yang dicocok hidung untuk membajak sawah.
Previous
Next Post »

18 Comments

  1. Iya nih, ngga tau gimana covid bisa kelar
    bener2 mengerikan
    apalagi nakes juga tumbang kelelahan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ambil hikmah saja mbak, mgkin nakesnya sudah segitu ajalnya.

      Hapus
  2. Corona memang mengerikan. Efeknya luar biasa. Yang penting kita tetap produktif bekerja, dengan segenap usaha yang kita mampu. Semoga pandemi ini cepat berlalu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bila berlalu, amin.
      Maka merdekalah...kita sekali lagi.

      Hapus
  3. covid 19 sudah mengubah segalanya, mulai dari ritme hidup sampai perekonomia. Mudah mudahan dengan vaksin maka herd community tercapai dan kita hidup dengan tenang kembali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin.... Cma baru² ini pun banyak info yg beredar, yang di vaksin pun harus tetap patuh prokes. Karena vaksin tidak menjamin. Parah ni kayaknya..

      Hapus
  4. Kalo ngomongi si coronce ini memang gak habis2 ya. Gemesh banget dah rasanya. Semua tuh kaya uda bener2 bosan tapi kaya belum tau ujungnya gimana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi kita kurang edukasi hanya berhasil di takuti saja.

      Hapus
  5. Kalau aku, karena memang jarang keluar malam jadi gak ngerasa banyak perbedaan. Bagi orang-orang kecil, ini berdampak banget sih. Semoga pandemi ini segera berakhir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya itulah mbak. Gak ada solusi dari penguasa.

      Hapus
  6. Selain mengerikan, cvd ini memang luar biasa dampaknya. Kadang ngga tega juga sama pelaku usaha yang sampai kehilangan usahanya. Ngga sedikit ruko di tempat saya yang tutup, efek dari cvd. Dan parahnya memang bukan hanya berdampak di satu bidang jasa :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi gua merasa geran juga dengan gejala covid. Sebab sama seperti demam pada umumnya.

      Hapus
  7. Sayangnya saya makin kerasan di rumah sejak pandemi dan malas kemana-mana, paling jalan-jalan aja di sawah belakang rumah dan ke pasar. Kalau mau ke kota udah kadung malas, bukan takut kopid sih memang saya gak suka keluar juga, wkwkwkw. Yang penting pakai masker dan mematuhi protokol aja semoga virus ini segera berlalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmmm. Jangan terlalu memenjarakan diri karena vovid mbak. Stres malah muncul penyakit yang lain

      Hapus
  8. Semoga Covid ini segera berakhir, kasihan rakyat kecil banyak yang jadi korban. TRus juga generasi penerus bangsa juga terancam nggak dapat pendidikan maksimal jika terus menerus belajar online.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penguasa negeri ini harus yakin dan berketetapan hati dalam mengatasi covid ini. Jangan hanya yg mengerikan saja yang kita dengar dan kita lihat tanpa edukasi. Sebab rame juga yg sembuh..

      Hapus
  9. Kadang terlintas pikiran apakah korona ini akan hidup berdampingan dengan kita selamanya? karena ia seperti patah tumbuh hilang berganti. Satu varian habis, varian lain muncul, begitu terus..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yakin, hilang dengan sendirinya atau tubuh kita menyesuaikan dgn covid. Sama seperti virus flu...

      Hapus

Silakan tinggalkan komentar Anda!