Jalan ke Ligan, Betul-Betul 'Meuligan'

Nama gampong Ligan menurut istilah bahasa Aceh, 'Ligan' yang artinya terkena (ternoda) dengan sesuatu, yang sebelumnya bersih menjadi bernoda. Sebagai contoh, 'Bajee lon meuligan leuhop' (Baju saya terkena lumpur).
Jalan Lintas dari Kecamatan Darul Hikmah ke Gampong Ligan
Hai sahabat sikonyolovers, semoga sehat selalu. Amin. Sudah lama aku tidak update posting di blog Sikonyol ini. Sekarang aku ingin mengulas dengan tidak panjang lebar tentang sebuah perjalan ke suatu tempat beberapa waktu lalu. Akibat kurang piknik kali ya,

Tempo hari lalu, aku bersama beberapa orang teman yang tak kusebut namanya, mengunjungi sebuah gampong yang ada di Kabupaten Aceh Jaya, Aceh. Ya, nama gampong nya Ligan, yang merupakan gampong yang berada di balik perbukitan dan jauh dari lintas jalan antar kabupaten Barat Selatan (Barsela).

Beberapa teman ku, awalnya tak pernah tahu, bila dibalik perbukitan yang terjal itu ada penghuninya. Sebab, sepanjang jalan yang berlika-liku bak bekas jalan ular piton ini tidak ada tanda-tanda kehidupan. Hanya pepohonan dan semak belukar yang membentang melebihi lapangan tenis meja, yang tidak pernah ku ukur berapa ukurannya.  Ah, macam planet luar angkasa saja!

Oh iya, Nama gampong Ligan menurut istilah bahasa Aceh, 'Ligan' yang artinya terkena (ternoda) dengan sesuatu, yang sebelumnya bersih menjadi bernoda. Sebagai contoh, 'Bajee lon meuligan leuhop' (Baju saya terkena lumpur). 'Meuligan' merupakan bentuk kata yang sudah di bubuhi awalan 'Meu' dari kata dasar 'Ligan'. Sehingga tak salah, bila bertolak kesana akan 'meuligan'.

Seperti pengalaman aku dan beberapa teman kemarin saat mengunjungi lokasi yang sudah sering berlangganan banjir ini. Naik turun persis seperti perahu yang sedang dihadang ombak ditengah samudera luas. Sesekali diatas terkadang juga dibawah. Ditambah lagi dengan keadaan jalan seperti sawah yang hendak ditanami padi oleh pak Tani saat musim turun kesawah tiba. Sehingga dengan sangat yakin seyakin-yakinnya, kami mengimpulkan tak ada perkampungan di balik bukit terjal ini. Ketahuan, Gak pernah ke gampong Ligan. Hehehe.
Jalan dipergunungan menuju Gampong Ligan,
selain banyak tikungan dan jalan mendaki juga ada kurap di jalan 
Lumpur dan kubangan ditengah jalan tak terhitung berapa jumlahnya. Meskipun tingkat kedalamannya tidak sedalam lubang buaya yang menelan tujuh jendral pahlawan Revolusi. Tapi setidaknya cukup membuat kami mengangguk-ngangguk seperti sedang mendengar musik di diskotik sambil melirik tante kesepian yang sedang menghisap rokok yang disertai sebotol anggur merah. Pengalaman banget ni, jadi Gigolo ya?? Ops.. Keceplosan.

Pemandangan alam disepanjang jalan yang kami melewati, tak seperti pemandangan yang pernah aku gambar saat Sekolah Dasar (SD) dulu. Dimana, setiap ada gunung pasti ada laut dengan perahu nelayan, walaupun digambar tersebut tak terlihat dengan jelas, nelayannya sedang apa. Tapi hanya pemandangan gunung dan lereng dengan pepohonan yang hijau mengelilinginya.

Lebih dari satu jam perjalan, akhirnya kamipun tiba ditempat tujuan. Yaitu, di gampong Ligan, Kecamatan Sampoiniet Kabupaten Aceh Jaya. Masyarakat disana lumayan ramai meskipun tak seramai peserta demo 212 di Monas pada tanggal 2 Desember 2016 silam. Akan tetapi bila aku perkirakan, jumlah mereka lebih dari 500 Kepala keluarga (KK) yang telah mengikralkan diri sebagai warga gampong setempat. 
Sisa banjir, yang membuat halaman rumah warga 'Meuligan'
Lingkungan perkampungan yang tidak terekpos media ini, sangat memprihatinkan. Pasalnya tatkala banjir tiba diawal Desember 2016 silam, tak satupun media pemberitaan di Aceh mempublis musibah banjir yang dialami warga gampong Ligan. Sehingga tidak ada yang memperdulikan bagaimana nasib korban banjir disana.  Mungkin efek gagal focus akibat bencana Gempa Pijay om!

Sepertinya nama gampong Ligan menjadi kutukan untuk mereka agar terus-terusan 'meuligan' dengan lumpur-lumpur sisa banjir serta untuk terus mengosumsi minuman air sumur yang 'meuligan' juga. Bayangkan bagaimana bila mereka diserang penyakit hanya karena mengosumsi minuman yang 'meuligan' oleh sisa banjir? 
Ruangan kelas Sekolah ini, sebelumnya 'Meuligan' lumpur sisa banjir setinggi 30 cm
Tak hanya itu, bangunan sekolah juga ikut 'meuligan' akibat terkena banjir. Bahkan menurut seorang guru lumpur-lumpur sisa banjir itu mencapai ketinggian 30 cm. Sehingga dengan terpkasa sekolah yang ada di gampong 'Ligan' benar-benar meuligan dan harus diliburkan sampai seminggu lamanya. Murid SD pasti senang, karena diliburkan? Hehehe pengalaman waktu SD.
Sisa-sisa banjir, masih tergenang
Aku dan beberapa teman yang menuju ke gampong ligan pun ikut meuligan, mulai dari mobil transportasi yang kami tumpangi hingga sandal baru pun ikut meuligan. Ah, promo sandal baru ini ya! Om sandal baru Om.

Tapi, Ya sudah lah, percuma saja bila aku teruskan keprihatinan ini. Sebab aku bukan reporter yang bertugas untuk meliput dan memberitakan berita. Aku hanya ingin mempersembahkan kekonyolan untuk negeri ini. 
Salam | #Sikonyol
Previous
Next Post »

29 Comments

  1. Heran kami.......
    Ya begitulah keadaan gampong kami.
    Tidak ada yang peduli.

    BalasHapus
  2. Wah.... kasian ada gampong yg demikian tdk ada yg perdulikan.

    BalasHapus
  3. Jadi penasaran pingin ke ligan juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe....
      Mank mau ? Tapi rute kesana sangat terjal.
      Tapi udara dan pepohonannya masih sangat asri.

      Hapus
  4. pemerintah setembat belum optimal dalam melakukan pembangunan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah keadaanya.
      Daerahnya tidak terekpos media.

      Hapus
  5. Miris banget kondisinya, sesuai dengan nama gampongnya, "Meuligan". Akankah kampung meuligan menjadi "gleh"?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hanya Tuhan dan Warga disana yang aka menjawabnya.
      Sebab media sangat jarang megekspos gampong yang berlangganan banjir ini.

      Hapus
  6. Tahun 2017 dan masih banyak sekali desa yang kondisinya begini. Jadi pertanyaan buat saya: pemerintah daerah ke mana saja?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pemerintah Daerah bobok kadang gak?
      Atau bahkan tahupun gak dia, di balik perbukitan itu ada kampung

      Hapus
  7. Selamat datang di desa ligan.desa yang masih sangat tradisional.desa yang terisolir jauh dari kebisingan raungan kendaraan.hanya hujan dan angin yang selalu dapat kita rasakan di sana.semoga mereka yang di pemkab terbuka pikiran nya untuk dapat mengekspos desa tersebut menjadi aset bernilai bagi daerah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, Benarkan membuat kita yang berkunjung ke Ligan Meuligan jadinya.

      Hapus
  8. Desanya sangat tradisional dan suasananya tenang ya
    Betuuull, jaman SD dulu, daku juga suka kalo tetiba diliburkan :D

    Tapi anak SD sekarang malah pengin sekolah ketemu beneran.
    Bosen onlen mulu euyyyy

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak.
      Kalo dulu anak sekolah bosan ke skolah, sekarag jadi rindu sekolah

      Hapus
  9. Meuligan... kosakata baru bagi saya.
    Kadang perlu kekonyolan di dunia yang sedang konyol ini. Gapapa. Asal tidak menyinggung orang lain saja.

    BalasHapus
  10. Ikut prihatin kok masalahnya banjirnya gak selesai2 huhu
    Kepala daerahnya gak pernah meninjau atau gmn ya?
    Apa gak ada kemungkinan penduduknya direlokasi ke lokasi yang lebih layak huni gtu ya :(
    Moga ada wartawan yang angkat nih biar di-up dan sampai ke yg berwenang yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rame disana mbak. Dan mereka disana bekerja sebagai petani dan ternak...

      Hapus
  11. Paragraf terakhir jleb banget. Negeri ini memang punya banyak kekonyolan, ya. Masa sih pemkab gak tau? Pasti tau lah ya, tapi belum membangun gampong Ligan tersebut.
    Tapi ini tulisan tahun 2017. Gimana kabarnya sekarang?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak.
      Karena boleh tulisan lama katanya. Pada poin 5 share link..

      Hapus
  12. Terimakasih atas persembahan singkatnya mas. Sangat menarik dan aku mau cerita meuligan yang lebih panjang lagi. Masih seru baca tau2 habis

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ckckckckckc,,, SIKONYOL.com membatasi tulisan berkisar 400 - 800 karakter saja. karena terlalu panjang bosan pembaca.
      hahaha

      Hapus
  13. Perjuangan untuk sampai lokasi beneran luar biasa ya kang. Ini kalau musim hujan ngga kebayang deh hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha harus berjuang.
      Sama seperti berjuang memperoleh hatinya..

      Hapus
  14. Ya Allah miris banget liatnya jalanan disana kirain tuh bagus gitu soale gencar banget kan pembangunan di era ini. Semoga daerah sana makin diperhatikan lagi oleh pemerintah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe... Itulah gampong Ligan Meuligan.

      Pembngunan kan hanya sebagain wilayah saja.

      Hapus
  15. Kondisi seperti ini harus diketahui semua orang Kak biar semua buka mata buka telinga. Duuuh, kapan lagi ya jalan ke Aceh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah mas...
      Kalo gak, gak bakal ada org yang tahu ..

      Hapus

Silakan tinggalkan komentar Anda!