Menikmati Capucino Daun Ganja, Lupa Siguhi Gula

Jepret atas, jepret samping dan juga jepret dari bawah. Ops, sama persis seperti photografer sedang memotret Ayu Azhari yang sedang memamerkan lekuk tubuhnya yang aduhai, tak tahu ku gambar seperti apa?
Capucino Daun Ganja
Yee, hati senang tak karuan, tatkala pesanan segelas capucino panas dihidangkan oleh Siyan (pelayan) di Kuta Alam Caffee, Banda Aceh. Dengan segera tanpa lihat kiri-kanan ku pandangi capucino yang ada didepanku, bagaikan melihat cinderella dengan sepatu boatnya sebelum jam dua belas malam. Aduhai seksi dan menggoda. Begitulah saat aku sedang merasa terpesona.
Kok sepatu boat, bukankah Cinderella pakai sepatu kaca?

Sambil duduk bersebelahan kursi dengan abang kumis tipis yang sedang merayu gadis perawan, ku meraba anu. Maksudku meraba kantong sebelah kanan celana jeansku untuk mengambil smartphone. Tujuanku tak lain dan tak bukan hanya sedekar ingin mengambil momen berharga. Meskipun harganya tidak bisa di rupiah dengan mata uang tanah jajahan belanda ini. 

Jepret atas, jepret samping dan juga jepret dari bawah. Ops, sama persis seperti photografer sedang memotret Ayu Azhari yang sedang memamerkan lekuk tubuhnya yang aduhai, tak tahu ku gambar seperti apa? Ya, maklum sajalah karena aku bukan pelukis yang bisa menggambar tubuh wanita seksi yang amboi serta mampu membuat orang tak sadarkan diri, sambil ngiler-ngiler dan tenggelam dalam syahwat yang tak kesampaian.

Meskipun demikian, ada hal yang patut untukku banggakan, bukan sombong ya! kali ini hasil jepretanku, mungkin sudah lumayan oke, dari pada yang sudah-sudah. Walaupun efek cahaya terkadang cukup mencolok, bak anak kampung ikut trend gaul anak jakarte. Iya maksudku warna berhamburan yang tidak sesuai dengan kontras dan juga brightness yang berimbang ketika mengambil objek gambar dengan kamera. Yach, apalagi dengan kamera smartphone, cukup dimaklumi sajalah bro.

Kembali lagi, segelas capucino yang ku jepret tadi sudah usai. Hasilnya terlihat jelas, dengan gambar daun ganja tepat di tengah gelas coklat yang dihidang oleh siyan tadi. Akibat ukiran daun ganja tersebut, aku agak sedikit sungkan untuk mengaduknya. Rasa kasihan atau perasaan sayang terhadap ukiran gambar itupun tidak bisa kuungkapkan kepada mu sobat, sehingga keinginan untuk menjaga ukiran daun ganjapun bak menjaga putri permaisuri rasa. Padahal capucino itu ku pesan hanya untuk diminum. Tapi bukan untuk pajangan atau penghias meja ruang tamu yang tidak bisa dicicipi.

Saat hendak menikmati, aku mengaduk capucino daun ganja tersebut, sehingga gambar daun ganja nya menjadi lenyap akibat disapu oleh sendok. Akhirnya, ku coba meneguk capucino tadi. Ops.. sayang ternyata capucino berdaun ganja tidak terasa manis. Aku merasa kaget bercampur penasaran terhadap kopi capucino yang satu ini.

Dari jauh siyan terlihat sedang sibuk, aku yang duduk dibawah pohon yang rindang mencoba memamnggilnya, dengan harapan untuk menanyakan, kenapa capucino yang kupesan ini tidak manis atau jangan-jangan memang sudah begitu rasa khasnya. Setelah siyan menghampiri dengan rasa PeDenya kau bertanya. Eh jawaban siyan membuat aku merasa bersalah sendiri.
Sedang menikmati Capucino
Tahu kenapa, ternyata siyan malah menjawab, 'Kan abang sendiri yang pesan tidak usah pake gula?' katanya sambil memegang kalkulator dan pulpen bermerek pilot ditangannya. Akibat jawaban itu, ternyata aku merasa Kepo sendiri sambil kerasa bak kepala hilang ditelan kerah baju. Sebab, biasanya aku hanya memesan capucino yang ada di warung-warung kopi biasa, seperti capucino Indocafe. Sehingga menurutku sudah terasa cukup manis meskipun tidak ditambah gula lagi.
Bang Ar sedang melirik ke Capucino
Nah, dari celoteh konyol ini, akhirnya dengan rasa terpaksa dan bercampur malu, aku terpaksa memesankan gula kepada siyan untuk capucino berdaun Ganja tadi. Semoga kisah ini cukup disini saja dan tidak terjadi pada sobat sikonyolovers.

Previous
Next Post »

4 Comments

Silakan tinggalkan komentar Anda!