Listrik Padam, Ku Ucapkan Alhamdulillah

Hamparan langit yang begitu luas, diterangi oleh bintang-bintang kecil berhamburan, seolah mengajakku untuk merangkai kata-kata bak pujangga Jomblo yang sedang berkelana di hutan Cinta.
Membaca dibawah cahaya lilin | Foto : Sikonyol.com
Bagaikan kedap kedip lampu disko, mungkin begitu umpama yang ingin ku ibaratkan dengan keadaan listrik di Aceh. Tak kenal hari dan tak kenal malam, tak kenal badai, hujan, kemarau, pokoknya tak kenal apa-apalah yang penting itu listrik tetap saja padam. Mau marah, marah sama siapa? Mau maki-makian PLN tetap saja tidak seperti judul lagu Bang Rhoma Irama ‘Habis gelap terbitlah terang’. Mau Audiensi dengan BOS PLN, beliaupun hanya minta kita selaku rakyat untuk mendoakan saja agar listriknya tidak padam, mau demo, kawatir pendemonya diajak Jalan-jalan.
Hmm,,, begitulah fenomena listrik di negeri ini.

Sehingga tidak sedikit pelanggan setia PLN merasa kecewa untuk yang 1000 sekian kalinya. Bagaimana tidak, sedang asik-asiknya beraktifitas dibawah cahaya lampu hasil penemuan Thomas Alva Edison malah kita harus kembali kepada zaman 3000 SM saat pertama kali lilin itu ada. Namun pun demikian, tidak dengan aku malam ini. Meskipun listrik padam, aku tetap tegar mengahadapi cobaan dari kezaliman penguasa perusahaan monopoli ini. Dan bahkan saat Listrik Padam, Ku ucapkan Alhamdulillah berkali-kali walaupun kuharus meraba-raba senter dalam kegelapan malam.
Bersama Lilin | Foto : Sikonyol.com
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, itulah makna dari kalimat syukur tersebut yang sudah familiar diketahui oleh kaum muslim dari segala penjuru mata angin. Wujud syukur ini memang sudah selayaknya kita serahkan kepada sang Khalik yang telah menciptakan kehidupan untuk makhluknya-makhluknya meskipun terkadang kehidupan tersebut dirampas oleh Hamba-Nya yang serakah dan melanggar perintah-Nya. Kalimat syukur ini ku ucapkan saat listrik padam malam ini pukul 21.00 WIB untuk kawasan Punge Blang Cut (lihat peta) dan Sekitarnya.

Saat listrik padam, setidaknya aku bisa bernostalgia ke zaman kakek dan nenek ku dulu saat malam ditemani oleh pelita. Meskipun kata mereka, saat tidur selalu mematikan pelitanya. Agar saat bangun tidur tidak tertinggal sisa-sisa pembakaran bahan bakar pelita dari minyak tanah di bulu hidung. Katanya lagi, bila pelita tidak dimatikan, dikawatirkan ada kucing yang sedang kejar-kejaran dengan si tikus tak sengaja menendang pelita, sehingga ditakutkan terjadi kebakaran rumah saat orang-orang zaman kakek sedang pulas tidur.
Hmm… sungguh sangat hati-hati orang-orang dulu ya..?
Ilustrasi bintang Jatuh | Foto : Searc Google
Selain itu, alasan ku harus mengucapkan Alhamdulillah saat listrik padam, karena saat jagat raya ini tanpa ada cahaya terang seperti lampu-lampu listrik, pemandangan malam diangkasa sungguh terlihat indah. Hamparan langit yang begitu luas, diterangi oleh bintang-bintang kecil berhamburan, seolah mengajakku untuk merangkai kata-kata bak pujangga Jomblo yang sedang berkelana di hutan Cinta. Dan sesekali terkadang terlihat juga bintang jatuh, yang memaksa sanubariku untuk panjatkan doa. Karena kata orang-orang, menurut mitos yang beredar saat bintang jatuh doa kita cepat diterima. Hahaha… itu Mitos ya,,

Sungguh sangat indah bukan? maka oleh dua alasan inilah, hasrat hatiku tergugah dengan sendirnya mengucapkan Alhamdulillah saat listrik sedang padam. Namun di lain sisi, mungkin inilah sisi baiknya agar kita bisa berpikir positif thingking dan bisa membiasakan diri untuk sabar dan tabah menghadapi cobaan yang menimpa nasib negeri listrik diskotik ini.

Unsyiah Jantung Hati Rakyat Aceh   Unsyiah Jantung Hati Rakyat Aceh  Unsyiah Jantung Hati Rakyat Aceh
Previous
Next Post »

2 Comments

  1. Sungguh sangat indah bukan? .. .BUKAN Sungguh saat indah bukan ?.

    Edit terus biar tahu maksud akhir tulisan ini.. Thanks telah mau berbagi perjalanan pengalaman kegelapan mu.. Hehe

    BalasHapus
  2. Hahaahahah....
    Terima kasih...
    Iya...iya... maklum saja..
    Manusia

    BalasHapus

Silakan tinggalkan komentar Anda!