Semoga Pengunjung Wisata Ujung Ulee Lheue Tidak Menyamakan Sampah dengan Mantan!

Pantai yang berjarak sekitar 8 kilometer dari pusat kota Banda Aceh ini, akan terlihat ramai pengunjung tatkala sore tiba. Meskipun sebenarnya pemandangan paginya jauh lebih sempurna dengan suara gemuruh ombak yang menghantam bebatuan pantai dengan perlahan. Seolah saat itu jiwa ku sedang menitip rindu pada ombak. 
Ujung pantai atau muara Pelabuhan Ferri | Foto : Sikonyol.com
Pagi itu mentari belum bangun dari tempat peristirahatannya. Padahal hingar binar sinarnya sudah menyentuh alam semesta ini. Saat itu ku pacukan kuda hitamku (motor berwarna hitam) untuk menjejaki ujung daratan Kuta raja ini. Ya, ke pantai maksud ku. Untuk meneruskan pesan lirik lagu Ebiet G Ade, yang bertanya kepada karang dan kepada ombak. Meskipun ujungnya bertanya kepada Rumput yang bergoyang. Oh ya jangan tanya apa jawabnya... 

Dalam keadaan remang-remang, pelabuhan tempat kapal Feri penyeberangan Ulee Lheue Banda Aceh - Balohan Sabang pun menjadi tempat persinggahan awalku, sambil jepretan kamera menyoroti berbagai sudut pantai. Mulai kiri ke kanan, ke kanan ke kiri, atas bawah bawah, bawah atas dan terakhir gak tahu dari mana lagi. Hahaha.. Maklum abang suka jepret orangnya Dek! Kalau mau abang jepret, kemari aja dan sampari abang ya!!! Biar abang jepret sampe keringatan.

Tak lama bermain jepret-jepretan seorang diri, akhirnya di sebalah timur Kota Para Raja ini mulai tampak langit agak kemerah-merahan. Meskipun saat itu tidak semerah 'Anggur Merah', seperti Judul lagu Om Meggi Z. Tapi setidaknya merah jugalah namanya. Sehingga aku kembali memacukan Black Horse untuk keluar dari area pelabuhan itu, dengan tujuan menuju jembatan di perujung pantai Ulee Lheue. Amboi pandangan paginya menakjubkan, kawan!!

Disebelah kanan gerbang pelabuhan Ulee lheue, itulah jalan menuju kesana. Walaupun jalan penghubung tersebut agak sedikit tidak rata yang membuat badan sobat berjoget-joget tanpa irama. Tapi percaya lah jalan berjogetnya hanya sekitar 100 meter saja. Selepasnya jalan aspal hitam sudah menanti untuk anda jejaki.
Jalan ditengah Laut | Foto : Sikonyol.com
Pantai yang berjarak sekitar 8 kilometer dari pusat kota Banda Aceh ini, akan terlihat ramai pengunjung tatkala sore tiba. Meskipun sebenarnya pemandangan paginya jauh lebih sempurna dengan suara gemuruh ombak yang menghantam bebatuan pantai dengan perlahan. Seolah saat itu jiwa ku sedang menitip rindu pada ombak. 
Cak alahoi... virus lebay ku kembali kumat. Tapi yakinlah lebay ini modal untuk mengatakan I Love You untuk mu Dek!!

Baca Juga :

Ya, kembali lagi. Perjalanan ku pagi itu cukup luar biasa. Dimana, jepretan kamera smartphone ku ceklet-cekletan sepanjang sudut jalan. Tanpa sadar, saat itu yang terpikirkan olehku hanya mengabadikan segala sudut pantai ujung Banda ini. Padahal icon bateri lowbat sudah berbunyi berulang kali sejak keluar dari pelabuhan tadi. Maklum lupa dicas semalam, karena keburu tidur untuk mengejar mimpi sama anak pak Lurah.

Dah, setiba di jembatan perujung pantai ulee lheue, baperku kembali kambuh. Sehingga dari ketinggian jembatan tersebut ku nikmati pemandangan alamnya yang luas. Apalagi saat ku palingkan pandanganku ke arah jalan Ulee Lheue - gampong Jawa, aduhai amboi!! Bentangan laut yang luas membiru di batasi jalan dengan bekas tambak yang sudah ditelan tsunami. Seolah jalan tersebut terlihat membelah lautan hindia. 
Alamak!!!!! terpaksa jepret lagi dan lagi, sampai bunyi batri lowbat terakhir. 

Pinggir pantai ini memang sangat di buru oleh warga seputar Banda Aceh. Bila pagi sampai siang diburu oleh para pemancing sedangkan sore di buru oleh para penikmat pemandangan alam. Meskipun sebenarnya mereka juga sambil menikmati somay, bakso goreng dan berbagai makanan serta minuman lainnya. Ops... tapi dicelah-celah itu juga ada sebagian anak manusia yang sedang berlabuh rindu dan tenggelam dalam lautan asmara. Seolah dunia milik kakek dan neneknya saja. Padahal kakek dan nenek ku juga memilikinya. Hehehehe

Huft... ! Ya sudahlah, terserah apa tujuan sobat mengunjungi pantai yang berjalan di tengah laut ini. Sebab kita juga sadar betul bahwa tempat umum seperti ini memang sudah seharusnya dijaga bak menjaga permaisuri raja. Ya, maksudku menjaga kebersihannya. Walaupun fasilitas objek wisata disini tidak seperti objek wisata pantai Losari atau pantai-pantai indah dan megah lainnya, yang ada di Indonesia, yang menawarkan 1001 fasilitas. 
Ada dua tempat sampah | Foto : Sikonyol.com
Selain ini, jangan pernah sobat bertanya berapa harga penginapan, sebab jangankan penginapan toilet saja belum ada. Ya, maklum saja pengelolaan tempat wisata ini belum dilakukan sepenuh hati. Berdoa sajalah ya, amiin! 

Meskipun demikian, demi menjaga kebersihan pantai, disebelah kanan dan kiri jembatan juga sudah disediakan tempat sampah. Sehingga dengan demikian sangat mengharapkan kesadaran sobat untuk membuang sampah dari kemasan makan dan minuman yang sobat bawa pada tempat tersebut. Ingat,,,!! Bukankah sobat sudah tahu bahwa buang sampah sembarangan tidak seperti buang mantan sembarangan? 

Namun apalah daya, jika kata pepatah kuno yang masih populer di kampung-kampung, terutama kampungku, "Rambut sama hitam tapi cara berpikir pasti beda". Sehingga menurutku, hal ini sama persis seperti kasus di pantai ini. Ops.. bukan kasus lain-lain ya, mohon jangan berpikir lain-lain dulu, ya! Sebab kasus yang sedang saya maksud ialah kasus buang sampah sembarangan. 

Padahal saya yakin, mereka para pengunjung semua tidak buta aksara dan semua tahu bahwa buang sampah itu merupakan salah satu perbuatan yang tidak baik. Tapi apa, ya tetap saja seperti merasa tidak berdosa tatkala sampahnya ditinggalkan ditempat yang tongkronginnya. Sumpah, semoga kebelet setan ajalah kalau ada orang yang seperti ini. Atau mungkin barangkali, memang dia sudah duluan setan sebelum setan dapat gelar setan. 
Aduh... tu kan, abang kebawa emosi Dek!

Ya, semoga yang sudah pernah membaca tulisan ini, merupakan orang anti setan dan sadar bahwa buang sampah itu tidak sesemberangan buang mantan. Sebab buang mantan sembarangan pasti ada yang pungutnya. Walaupun pada hakekatnya sama-sama barang yang tidak dipakai lagi.

Jembatan | Foto : Sikonyol.com

Previous
Next Post »

8 Comments

  1. Ngeri kali bahasa ab ne.. setan sebelum ada dikasih gelar setan...

    Oh ya_ saya mau komentar ne, aku pun bilang lagi memang ini kolom komentar kan.. gini NyoL - Tulisan nya menarit sekali sbb menjadi salah satu informasi pariwisata indonesia utk dunia_ jadi_ kelembutan bahsa nya menjadi daya tari utk dunia, terimakasih.. balas ya.. hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah kebawa emosi. Lagien di Adekpun bukan nenangin siabang nya... malah cuekin gitu.
      :p :p

      Hapus
  2. Dari awal baca hingga akhir menarik banget, apalagi judulnya yg bikin penasaran, ane tunggu kutipan lainnya gan thnk yah 👌

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe...
      Trimks gan.
      Judulnya mank harus demikian...
      Heheehehe

      Hapus
    2. Boleh gan.
      Makanya silakan di Masukkan email pada kolom submit, agar ada pemberitahuan terupdate.
      Trimks

      Hapus
  3. semoga kita semua semakin sadar akan arti pentingnya membuang sampah pada tempatnya, aamiin

    BalasHapus
  4. Biasanya di jawa kalo road trip kanan kiri pemandangannya hijau pegunungan sawah, kalo disini pemandangannya laut. Keren :)

    BalasHapus
  5. Rumput bergoyangnya ngga ditanya dan ngga ngasi jawaban .. karena tau, daerah mereka tumbuh ditumpuki sampah. Kasihan 😢 !

    Semoga cepat ditangani, sampah jadi ngga merusak keindahan pemandangan

    BalasHapus

Silakan tinggalkan komentar Anda!